Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi https://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif <p><img src="https://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/management/settings/context/undefined" /></p> <p>Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi (KJIF) merupakan media publikasi ilmiah dalam bidang kefarmasian yang diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, bekerjasama dengan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).</p> <p>Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi (KJIF) diterbitkan tiga kali dalam satu tahun yaitu pada bulan April, Agustus dan Desember. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi menerima naskah publikasi yang berasal dari universitas, instansi pemerintahan, lembaga yang memiliki aktivitas dalam riset, ilmu pengetahuan dan teknologi. Naskah yang akan dimuat adalah hasil seleksi oleh <em>peer review</em> menggunakan sistem <em>double-blind review</em> dan telah disetujui oleh Dewan Editor KJIF, serta belum pernah dimuat di dalam jurnal ilmiah yang lain.</p> <p><br />Ruang lingkup artikel yang diterbitkan adalah:<br />- Farmasetika<br />- Kimia Farmasi<br />- Kimia Analisa<br />- Farmasi Fisika<br />- Farmakognosi dan Etnobotani<br />- Natural Produk<br />- Farmakologi dan Toksikologi<br />- Praktik Kefarmasian dan Farmasi Rumah Sakit<br />- Farmakogenomik<br />- Farmakoekonomi<br />- Studi Kasus dan Uji Klinis</p> <p> </p> <p> </p> <h3>Sponsors</h3> <p>Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Provinsi Jawa Barat (PD IAI Jawa Barat)</p> Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia id-ID Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi 2354-6565 <p><br />Penulis yang menerbitkan artikel pada jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:</p> <ol> <li>Penulis memberikan hak cipta dan jaminan atas artikel sebagai publikasi pertama, yang memberikan kesempatan pada orang lain untuk membagi artikel dibawah lisensi <a href="https://creativecommons.org/licenses/">Creative Commons Attribution License</a></li> <li>Penulis dapat melakukan perubahan dan menambahkan untuk pendistribusian artikel yang terpublikasi secara non eksklusif (misalnya, mempostingnya ke repositori institusional atau mempublikasikannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan publikasi awal dalam jurnal ini.</li> <li>Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting pekerjaan mereka secara online (misalnya, di repositori institusional atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses pengajuan, karena dapat mengarah pada pertukaran produktif, serta kutipan pekerjaan sebelumnya dan lebih besar yang diterbitkan (Lihat <a href="http://opcit.eprints.org/oacitation-biblio.html">The Effect of Open Access</a>).</li> </ol> KARAKTERISASI MASSA CETAK DAN TABLET VITAMIN C DENGAN KOMBINASI PATI PREGELATINASI UMBI TALAS PRATAMA DAN AVICEL PH 102 SEBAGAI FILLER-BINDER https://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/806 <p>Tablet vitamin C dibuat secara kempa langsung karena sensitif terhadap panas, tetapi sulit dilakukan karena sifat alir yang kurang baik, sehingga perlu penambahan eksipien untuk meningkatkan sifat alirnya seperti pati dan Avicel PH 102. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik massa cetak dan tablet vitamin C yang diformulasikan dengan kombinasi pati pregelatinisasi umbi talas pratama dan Avicel PH 102 sebagai <em>filler-binder</em>. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorium menggunakan lima formula berbeda dengan perbandingan pati pregelatinasi dan Avicel PH 102 berturut-turut: F1 (1:0), F2 (0:1), F3 (1:1), F4 (1:3), dan F5 (3:1). Hasil laju alir F2, F3, F4, dan F5 memenuhi syarat, sedangkan F1 tidak. Semua formula memenuhi syarat sudut istirahat, keseragaman bobot, ukuran, dan waktu hancur. F2 memenuhi syarat kompresibilitas dan hausner ratio, serta kekerasan dan kerapuhan. Hasil disolusi F1, F2, F4, dan F5 memenuhi syarat, sementara F3 tidak. Kesimpulan penelitian ini adalah Avicel PH 102 lebih baik dalam meningkatkan laju alir, kompresibilitas, dan hausner ratio dibandingkan pati pregelatinasi. Semua formula memenuhi keseragaman bobot, ukuran, dan waktu hancur. Avicel PH 102 menghasilkan tablet lebih keras, sedangkan pati pregelatinasi menghasilkan tablet lebih rapuh. Disolusi F1, F2, F4, dan F5 memenuhi syarat, sementara F3 tidak.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Avicel PH 102, pregelatinasi, umbi talas pratama, vitamin C.</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Vitamin C tablets are produced by direct felting due to their sensitivity to heat, but this is difficult to do due to poor flow properties, so it is necessary to add excipients to improve their flow properties such as starch and Avicel PH 102. The objective of this study was to evaluate the characteristics of printed mass and vitamin C tablets formulated with a combination of pregelatinized taro tuber starch and Avicel PH 102. The research was conducted in the laboratory using five different formulations with sequential ratios of pregelatinized starch and Avicel PH 102: F1 (1:0), F2 (0:1), F3 (1:1), F4 (1:3) and F5 (3:1). The flow rate results of F2, F3, F4, and F5 were qualified, while F1 was not. All formulas met the requirements for angle of repose, uniformity of weight, size, and disintegration time. F2 met the requirements for compressibility and hausner ratio, as well as hardness and friability. The disintegration results of F1, F2, F4 and F5 met the requirements, while F3 did not. The conclusion of this study is that Avicel PH 102 is better than pregelatinized starch in improving flow rate, compressibility and Hausner ratio. All formulations were consistent in weight, size and disintegration time. Avicel PH 102 produced harder tablets, whereas pregelatinized starch produced more brittle tablets. The disintegration of F1, F2, F4 and F5 met the requirements, while F3 did not.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Avicel PH 102, pregelatinized, pratama taro tuber, vitamin C.</em></p> Gita Fitriyani Desy Nawangsari Fauziah Hak Cipta (c) 2025 Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-12-30 2024-12-30 9 3 158 173 10.26874/kjif.v9i3.806 ANALISIS KADAR D-DIMER PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DAN HEMORAGIK DI RSUD SULTAN IMANUDDIN https://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/844 <p>Stroke adalah gangguan serebrovaskular neurologik yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke otak dan merupakan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Lima belas juta orang di seluruh dunia mengalami stroke setiap tahunnya. Stroke terbagi menjadi dua jenis yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik. D-dimer merupakan produk hasil degradasi fibrin yang menjadi indikator gangguan sistem koagulasi fibrinolisis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil pemeriksaan D-dimer pada pasien stroke iskemik dan hemoragik di RSUD Sultan Imanuddin. Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain <em>cross-sectional. </em>Teknik pengambilan sampel penelitian adalah teknik <em>purposive sampling</em>. Sampel penelitian berjumlah 29 pasien stroke iskemik dan 14 pasien stroke hemoragik dari periode Januari – Desember 2023. Pemeriksaan kadar D-dimer dilakukan dengan metode <em>Immunoturbidimetry assay </em>menggunakan alat <em>Automated Blood Coagulation Analyzer </em>SYSMEX CS-2100i dengan nilai batasan normal &lt;0,55 mg/L<em>. </em>Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar D-dimer responden stroke iskemik sebesar 6,11 mg/L sedangkan 4,8 mg/L pada stroke hemoragik dan hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0.378 sehingga H<sub>0</sub> diterima dan Ha ditolak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, 1) rerata kadar D-dimer pada pasien stroke iskemik adalah 6,11 mg/L dengan hasil sebagian besar kadar D-dimer abnormal, 2) rerata kadar D-dimer pada pasien stroke hemoragik adalah 4,8 mg/L dengan hasil hampir semua kadar D-dimer abnormal, 3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar D-dimer pada pasien stroke iskemik dan pada pasien stroke hemoragik.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: D-dimer, stroke, stroke iskemik, stroke hemoragik, thrombus.</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Stroke is a cerebrovascular neurological disorder caused by a disruption in the blood supply to the brain and is a leading cause of disability worldwide. Fifteen million people worldwide suffer from strokes each year. Stroke is divided into two types, namely ischemic stroke and hemorrhagic stroke. D-dimer is a product of fibrin degradation which is an indicator of disorders of the fibrinolysis coagulation system. The purpose of this study was to analyze the results of D-dimer examinations in ischemic and hemorrhagic stroke patients at Sultan Imanuddin Hospital. This study is quantitative analytical with a cross-</em><em>sectional design. The sampling technique for the study was purposive sampling technique. The study sample consisted of 29 ischemic stroke patients and 14 hemorrhagic stroke patients from January - December 2023. D-dimer level examination was carried out using the Immunoturbidimetry assay method using the Automated Blood Coagulation Analyzer SYSMEX CS-2100i with a normal limit value of &lt;0.55 mg / L. The results showed that the average D-dimer level of ischemic stroke respondents was 6.11 mg/L while 4.8 mg/L in hemorrhagic stroke and the results of statistical tests showed a p value = 0.378 so that H<sub>0</sub> was accepted and Ha was rejected. This study concluded that, 1) the average D-dimer level in ischemic stroke patients was 6.11 mg/L with the results of most D-dimer levels being abnormal, 2) the average D-dimer level in hemorrhagic stroke patients was 4.8 mg/L with the results of almost all D-dimer levels being abnormal, 3) there was no significant difference between D-dimer levels in ischemic stroke patients and hemorrhagic stroke patients.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: D-dimer, hemorrhagic stroke, ischemic stroke, stroke, thrombus.</em></p> Yuliyanti Larantika Hidayati Iqlila Romaidha M. Zainul Arifin Hak Cipta (c) 2025 Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-12-30 2024-12-30 9 3 174 186 10.26874/kjif.v9i3.844 FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KALIUM DIKLOFENAK https://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/870 <p>Kalium diklofenak merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, mengatasi rasa nyeri ringan hingga berat. Kalium diklofenak merupakan obat yang sering digunakan akan tetapi mempunyai kelarutan yang relatif rendah dalam air dan permeabilitas yang relatif tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi formulasi mikroemulsi yang mengandung kalium diklofenak secara in vitro. Mikroemulsi dibuat menjadi 3 formula dengan rasio pencampuran Tween 80 dan Span 80 (9:1) sebagai surfaktan dengan konsentrasi pada masing-masing formula 30%, 35%, dan 40%, asam oleat sebagai fase minyak, dan propilenglikol sebagai kosurfaktan. Evaluasi formulasi mikroemulsi kalium diklofenak meliputi penentuan kadar kalium diklofenak dan studi pelepasan in vitro dengan metode <em>flow-through</em> yang telah dimodifikasi dari sel difusi <em>Franz</em> dan sampel diukur dengan spektrofotometri <em>Ultaviolet (UV)</em>. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar kalium diklofenak pada sediaan mikroemulsi secara berturut-turut adalah F1 (102,57%), F2 (101,38%), F3 (102,15%) dan rata-rata uji kecepatan difusi sediaan mikroemulsi pada F1 (0,1147 mg/cm2), F2 (0,1552 mg/cm2) dan F3 (0,1633 mg/cm2) dengan persentase obat terdifusi sebesar F1 (6,5%), F2 (8,8%) dan F3 (9,2%) selama 180 menit.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Kalium diklofenak, mikroemulsi, asam oleat, propilenglikol.</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Diclofenac potassium is a drug used to reduce inflammation and relieve mild to severe pain. Diclofenac potassium is a commonly used drug but has relatively low water solubility and high permeability. This study aims to evaluate the in vitro formulation of a microemulsion containing diclofenac potassium. Microemulsions were prepared in three formulations with a mixing ratio of Tween 80 and Span 80 (9:1) as surfactants at concentrations of 30%, 35%, and 40% in each formulation, oleic acid as the oil phase, and propylene glycol as the cosurfactant. The evaluation of potassium diclofenac microemulsion formulations included determining the potassium diclofenac content and conducting in vitro release studies using a modified flow-through method from the Franz diffusion cell, with samples measured using ultraviolet (UV) spectrophotometry. The results of the study showed that the potassium diclofenac concentrations in the microemulsion formulations were F1 (102.57%), F2 (101.38%), and F3 (102.15%), and the average diffusion rate of the microemulsion formulations were F1 (0.1147 mg/cm²), </em><em>F2 (0.1552 mg/cm²) and F3 (0.1633 mg/cm²), with drug diffusion percentages of F1 (6.5%), F2 (8.8%), and F3 (9.2%) over 180 minutes.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Diclofenac potassium, microemulsion, oleic acid, propylene glycol.</em></p> Suci Wulan Sari Titta Hartyana Sutarna Achmad Ngadeni Hak Cipta (c) 2025 Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-12-30 2024-12-30 9 3 187 198 10.26874/kjif.v9i3.870 ANALISIS CEMARAN Escherichia coli DAN Salmonella typhi PADA JAMU GENDONG DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN) https://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/809 <p>Konsumsi jamu kunyit asam dan beras kencur merupakan bagian penting dari budaya Indonesia. Jamu kunyit asam, yang terbuat dari campuran kunyit dan asam, diyakini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan masalah pencernaan. Jamu beras kencur, yang terbuat dari campuran beras dan kencur, memiliki manfaat untuk meningkatkan stamina dan menghilangkan pegal-pegal. Namun, produksi jamu secara tradisional tanpa standar kebersihan yang ketat dapat menyebabkan kontaminasi oleh mikroorganisme patogen seperti <em>Escherichia coli</em> dan <em>Salmonella typhi</em>. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui adanya bakteri <em>Escherichia coli</em> dan <em>Salmonella typhi</em> pada jamu kunyit asam dan beras kencur serta menganalisis kualitas jamu kunyit asam dan beras kencur yang beredar di pasaran dengan mengacu pada persyaratan mutu obat tradisional yang telah ditetapkan. Analisis mikroba patogen menggunakan metode <em>Most Probable Number</em> (MPN) menunjukkan bahwa nilai MPN pada uji praduga menggunakan media <em>Lactose Broth</em> dan penegas menggunakan media <em>Brilliant Green Lactose Broth</em> berkisar 0-18,98 MPN/mL. Sebanyak 1 dari 4 sampel jamu kunyit asam dan 3 dari 4 sampel jamu beras kencur tidak memenuhi batas cemaran yang diizinkan. Pada uji pelengkap didapatkan hasil sebanyak 7 sampel positif tercemar <em>Escherichia coli</em>, yaitu jamu dengan kode A1, A2, B1, B2, C2, D1, dan D2, dan selain itu, terdapat 4 sampel positif tercemar <em>Salmonella typhi</em>, yaitu jamu dengan kode A1, D1, C2, dan D2.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: <em>Escherichia coli</em>, jamu beras kencur, jamu kunyit asam, <em>most probable number</em>, <em>salmonella typhi</em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>The consumption of jamu kunyit asam and beras kencur is an important part of Indonesian culture. Turmeric and tamarind jamu, made from a mixture of turmeric and tamarind, is believed to improve the immune systeme and digestive problems. Rice kencur jamu which is made from a mixture of rice and kencur, has benefits for increasing energy and reducing aches and pains. However, the traditional production of jamu, often lacking strict hygiene standards, can lead to contamination by pathogenic microorganisms such as Escherichia coli and Salmonella typhi. This study aims to determine the presence of Escherichia coli and Salmonella typhi bacteria in turmeric and tamarind jamu and kencur rice and to analyze the quality of turmeric and tamarind jamu and kencur rice circulating in the market by referring to the quality standards of traditional medicines that have been set. Analysis of pathogenic microbes using the Most Probable Number (MPN) method shows that the MPN value in the presumptive test using Lactose Broth media and confirmation using Brilliant Green Lactose Broth media ranges from 0-18,98 MPN/mL. As many as 1 out of 4 samples of turmeric and tamarind jamu and 3 out of 4 samples of rice and kencur jamu did not meet the permitted contamination limits. In the complementary test, the results obtained were 7 positive samples contaminates with Escherichia coli, namely jamu with codes A1, A2, B1, B2, C2, D1, and D2, and beside that, there were 4 positive samples contaminated with Salmonella typhi, namely jamu with codes A1, D1, C2, and D2. </em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Escherichia coli, jamu beras kencur, jamu kunyit asam, most probable number, salmonella typhi</em></p> Salma Fi Salsabila Khusna Santika Rahmasari Achmad Vandian Nur Dwi Bagus Pambudi Hak Cipta (c) 2025 Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-12-30 2024-12-30 9 3 199 208 10.26874/kjif.v9i3.809